Selasa, 18 Juni 2013

Keunikan Malioboro


Malioboro adalah salah satu tempat di kota Yogyakarta yang kami kunjungi pada kunjungan jurnalistik kemarin(31/5). Kemarin, tepatnya hari jumat 31 Mei sekitar pukul 15.00 WIB , rombongan kunjungan jurnalistik Prodi Bahasa dan Sastra Indonesia semester VIII tiba di kota Yogyakarta yang berlokasi di depan Keraton kota Yogyakarta. Yogyakarta kota yang sangat kental dengan budaya jawa ini memang sangat mempesona. Bukan hanya tempat ataupun makananya, tetapi segala hal yang berkaitan dengan Yogyakarta pasti sangat menarik untuk dinikmati.
Diantara bangunan-bangunan megah di kota Yogyakarta masih banyak bangunan-bangunan peninggalan sejarah yang masih berdiri kokoh. Diantaranya Gedung Bank Indonesia, Gedung BNI, Keraton Yogyakarta, Gedung Pos, dan lain-lain. Setiap bagian dari jalan malioboro merupakan saksi bisu perjalanan kota Yogyakarta, sebuah jalan biasa bisa menjadi suatu titik yang terpenting dari kota Yogyakarta. Pantas saja sering sekali kota Yogyakarta dijadikan tempat syuting film atau FTV, memang kota ini sangat indah sekali.
Jalan Malioboro merupakan salah satu objek wisata di kota Yogyakarta yang sayang sekali apabila terlewatkan untuk dikunjungi. Malioboro terkenal dengan pusat perbelanjaan khas Yogyakarta. Jalan ini merupakan tempat perekonomian dan lahan bisnis yang sangat menjanjikan. Semua hal yang berkaitan dengan kota Yogyakarta mereka jajakan di sepanjang trotoar jalan Malioboro. Mulai dari makanan, pakaian, pernak-pernik, gantungan kunci, blangkon, dan masih banyak lagi yang sangat menarik di sini. Selain pedagang kaki lima yang berjajar di sepanjang trotoar, kawasan ini didukung oleh adanya pertokoan, rumah makan, dan pusat perbelanjaan.
Ketika di Malioboro saya menaiki becak untuk berkeliling kawasan Malioboro, tukang becaknya sudah tua tetapi ia masih kuat mengayuh becak dengan 3 orang penumpang. Tarifnya juga sangat murah yaitu 5 ribu rupiah saja. Padahal saya minta untuk diantar ke Malioboro tetapi tukang becak bilang Malioboro belum buka, bukanya jam 5 sore, kemudian saya diantarkan kepusat oleh-oleh, ketika di sana saya melihat salah satu karyawan toko memberikan sesuatu kepada tukang becak itu, ternyata karyawan itu memberikan uang kepada tukang becak, yang ada difikiran saya tukang becak bekerja sama dengan pihak toko tersebut, apakah benar seperti itu? Saya kurang jelas lah dengan hal itu.
Ketika saya membeli bakpia, salah satu makanan khas kota Yogyakarta, saya bertanya kepada pedagang bakpia itu, sebenarnya saya ingin tahu banyak hal tentang Malioboro, ketika saya bertanya tentang sejarah Malioboro pedangang bakpia yang bernama mbak Ambar itu menjawab seperti ini “ enggak eroh mbak, lhawong aku iki yo mek nerusne Ibuk ku, Ibuk ku kuwi yo lek nerusne Ibuk e, “ ujarnya”. Setelah mbak Ambar menjawab seperti itu saya berhenti bertanya. Jadi kesimpulan yang saya ambil, pedang-pedagang di jalan Malioboro ini sebagian besar kurang mengetahui bagaimana sejarang jalan Malioboro.
Yogyakarta merupakan kota seniman, itu terbukti bahwa banyak musisi-musisi besar di Indonesia dilahirkan di kota Gudeg ini. Tidak heran ketika di Malioboro banyak musisi jalanan yang silih berganti menunjukkan bakat mereka dari pedagang satu ke pedagang lainnya. Salah satu yang menarik di sini yaitu ketika terjadi tawar menawar harga antara penjual dan pembeli, biasanya penjual memberikan harga yang sangat tinggi bagi pengunjung dari luar kota Yogyakarta, apabila kita pintar menawar kita bisa mendapatkan harga separoh dari harga yang diberikan penjual. Kemarin saya membeli sebuah dompet khas Yogyakarta, penjual memberikan harga 60 ribu, saking pintarnya saya menawar, saya mendapatkan harga 30 ribu. Wow.. pengalaman yang sangat seru....(Dewi Robiatul Khasanah/PBSI IV A)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar